May Day Sebaiknya Para Pekerja Instropeksi Diri untuk Tingkatkan Kualitas Kerjanya

oleh
oleh

Jakarta – Saat ini Indonesia sedang berada dalam arus globalisasi sehingga terjadi peningkatan kegiatan ekonomi dunia yang lebih bebas berujung pada pertukaran barang, jasa, tenaga kerja dan komoditi ekonomi lainnya menjadi semakin intensif.

Pemuda dan mahasiswa sebagai agen perubahan ( agent of change ) yang bersifat dinamis dan cenderung lebih memiliki kepekaan terhadap lingkungan dapat memainkan peran pentingnya menghasilkan ide-ide inovatif demi bersaing dengan tenaga kerja asing.

“Masa depan bangsa dan negara ini berada di tangan generasi muda. Agar generasi muda lebih maju kedepan, maka dibutuhkan generasi muda yang berkualitas,” ungkap Presidium Youth Movement Institute (YMI) Reza Malik.Diskusi YMI buruh

Hal itu mengemuka saat diskusi publik bertema “Peran Mahasiswa dan Pekerja dalam Meningkatkan Kompetensi Tenaga Kerja untuk Indonesia” di Restro Balphus Rawamangun Jaktim, Rabu (26/4).

Diskusi yang di pandu moderator Ketua LDHKMI Andi Muh Adhim dan MC Ketua Komisariat GMNI Jayabaya Trisnawingki Kiki itu nampak dihadiri ratusan peserta dari berbagai elemen baik BEM, SENAT, OKP, LSM, Buruh, dan beberapa awak media.

Lebih lanjut, Reza berharap lulusan lembaga pendidikan dapat mempersiapkan diri untuk membuka lapangan kerja yang baru. Selain itu, kata dia, dengan menjadi wirausaha muda seseorang juga dapat membuka kesempatan kerja bagi orang lain dan berkurangnya pengganguran yang terus bertambah di Indonesia.

“Persaingan untuk mendapatkan pekerjaan sekarang ini sangatlah ketat diakibatkan banyaknya orang yang melamar pekerjaan. Maka pentingnya hard skill dan soft skill bagi setiap orang yang ingin mendapatkan ataupun saat melakukan pekerjaan. Dengan demikian dituntut bahwa setiap mahasiswa harus meningkatkan hard skill dan soft skillnya dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja pada masa studinya,” bebernya.

Dia melanjutkan menjelang perayaan hari buruh pada 1 Mei nanti ada baiknya semua pihaknya khususnya para pekerja untuk belajar meningkatkan kualitas kerja agar bisa bersaing kelak di kemudian hari. Tingginya pengganguran di Indonesia itu membuktikan rendahnya kualitas kerja.

Selain itu, Reza berharap demo perayaan buruh nanti bisa berlangsung dengan tertib dan damai.

“Para mahasiswa dan pemuda yakin buruh sudah semakin dewasa dengan meningkatkan kualitas dan etos kerjanya. Dan pemerintah juga harus bisa memenuhi tuntutan-tuntutan buruh. Saya yakin semua akan ada solusinya jika kita duduk bersama dengan kepala dingin,” terang Reza.

Tak Mau Jadi Kacung di Negeri Sendiri, Perhatikan Ini !!

Anggota DPR RI Arteria Dahlan menyebut founding father bangsa ini telah mengatakan bahwa apabila aset bangsa tidak dikelola dengan baik, maka akan menjadi kacung di negeri sendiri. Tenaga kerja adalah setiap orang yang produktif yang mampu menghasilkan produk.

“Tenaga kerja dikualifikasikan menjadi 3 bagian yaitu tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terlatih, dan tenaga kerja tidak terlatih atau kasar. Dari ketiga kualifikasi tenaga kerja ini tidak menutup kemungkinan bahwa kaum terdidik dapat dikualifikasikan menjadi tenaga kerja kasar. Hal ini disebabkan karena tidak adanya peluang untuk mereka dalam persaingan bursa pasar ketenagakerjaan,” paparnya.

Dia menekankan bahwa dalam konstitusi negara jelas menerangkan bahwa negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan untuk kesejahteraan rakyat. Arteria juga menyesalkan munculnya persoalan tenaga kerja di Indonesia. Kata dia, pemerintah telah keluar jalur, dengan membentuk regulasi-regulasi yang menutup ruang lingkup tenaga kerja semakin terkucilkan.

“Negara kita bisa mencontoh India yang sama miskinnya dengan negara kita namun India punya spirit of India. Buruh seharusnya tidak banyak maunya juga, harus melihat tingkat kebutuhan masyarakat juga. Apa bila tingkat kebutuhan masyarakat meningkat, maka perlu ada peningkatan hak pekerja,” jelas dia.

Buruh Salahkan Kecanggihan Teknologi

Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia) Mirah Sumirat, mengakui bahwa perkembangan teknologi dan digitalisasi yang semakin modern saat ini justru menghilangkan peluang kerja atau lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja. Karena mesin yang seharusnya dikelola oleh 10 orang akan tetapi mesinnya sudah canggih maka yang mengelola tinggal 1 orang.

“Oleh karena itu, kecanggihan teknologi justru menjadi bumerang bagi kaum pekerja,” ucap Mirah.

Dikatakannya, ditengah kemajuan teknologi pemerintah harus mengantisipasi dengan membuat regulasi yang benar-benar melindungi kaum pekerja. Dia mengatakan saat ini mahasiswa belum merasakan langsung apa yang menjadi tuntutan tenaga kerja, sehingga yang menyuarakan hak-hak kaum pekerja hanya serikat buruh itu sendiri.

“Serikat buruh hanya bisa menyuarakan tuntutannya di jalanan saja. Kaum pekerja tidak mempunyai hak suara dan hak politik di parlemen karena tidak mempunyai partai di parlemen tersebut,” sebut dia.

Mahasiswa Harus Siapkan Mental untuk Jadi Pekerja

Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) Willy Prakarsa mengemukakan pada era reformasi, tuntutan kaum pekerja saat itu menginginkan adanya pergantian sistem, namun faktanya saat ini sistem pemerintahan semakin buruk. Mahasiswa perlu mempersiapkan mental dan skill karena pada hakikatnya walaupun mahasiswa masih menganggap dirinya di kelas menengah, nanti setelah lulus akan menjadi kaum pekerja juga.

“Jadi mahasiswa bisa bersinergi dengan serikat buruh, untuk berbagi informasi dan pengetahuan agar kaum pekerja juga melek informasi,” sebut Willy.

Kata dia, dengan adanya sinergitas antara mahasiswa dengan kaum pekerja, maka diharapkan mampu meningkatkan nilai kompetensi, mampu melakukan kontrol sosial. Apabila tidak mampu menciptakan konsep kontrol sosial, maka gerakan buruh hanya dianggap sebagai ancaman bagi tatanan bangsa.

“Mahasiswa harus menciptakan peluang pasar bagi tenaga kerja. Yang terjadi saat ini adalah lost terithory, sehingga hak buruh belum terealisasi,” cetus dia.

Mahasiswa Harus Kreatif

Sekjen Partai Idaman Ramdansyah Bakir berpesan agar mahasiswa bisa berperan optimal. Tidak menyusahkan bangsa ini. Saat ini mahasiswa dibebankan pada idealisme dengan harus memihak masyarakat banyak. Oleh karenanya, mahasiswa saat ini harus kreatif dalam menjunjung idealisme.

“Saat ini sektor tenaga kerja dibidang pertanian semakin dikurangi baik lahannya, maupun bantuan anggaran dari pemerintah. Padahal petani adalah salah satu tenaga kerja yang taraf hidupnya tidak pernah meningkat walaupun pertumbuhan ekonomi meningkat,” ujar Ramdansyah.

Dia mengingatkan kepada semua pihak untuk tidak berharap pada swasembada beras lagi saat ini. Sebab, kata dia, masih banyak kendalanya adalah kebijakan bagi petani tidak signifikan lagi.

“Maka dari itu pemerintah wajib meningkatkan kompetensi tenaga kerja khususnya dibidang pertanian,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.